Selasa, 18 Februari 2020

Presiden Jokowi Tertarik Ternak Domba Dan Kambing

AS Meminta WTO Denda Indonesia, Tiga Ekonom Ini Anjurkan Negosiasi , Jakarta - Beberapa ekonom solid memiliki pendapat jika pemerintah Indonesia harus tempuh negosiasi lagi dalam hadapi intimidasi Amerika Serikat. Awalnya, Amerika sah minta Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization atau WTO menjatuhi sangsi sebesar US$ 350 juta atau sama dengan Rp 5 triliun pada Indonesia. BACA: AS Meminta WTO Denda Indonesia, Apindo: AS Tidak Dapat Semena-mena Perkuat kemampuan diplomasi, kata Bayu Krisnamurti, ekonom yang Bekas Wakil Menteri Perdagangan masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, waktu didapati setelah acara seminar nasional Meneliti Mode Mengonsumsi Pangan Indonesia Waktu Depan bersama dengan Perhimpunan Ekonom Pertanian Indonesia di Jakarta, Rabu, 8 Agustus 2018. Tidak cuma diplomasi, Bayu minta usaha ini diimbangi dengan penguatan pandangan pada pasar internasional. Ini mempunyai tujuan supaya Indonesia tidak ketergantungan yang tinggi pada satu pasar seperti Amerika. Kalaulah ingin memproteksi produk lokal dengan batasi import, Bayu minta instrumen yang dipakai sebaiknya sesuai ketetapan internasional yang menjadi persetujuan bersamanya. Keinginan dari Amerika ini adalah lanjutan dari protes yang dikirimkan bersama dengan Selandia Baru ihwal 18 kendala non-tarif dari pemerintah Indonesia untuk beberapa produk pertanian serta peternakan asal negara mereka. Beberapa produk import itu yakni salah satunya apel, anggur, kentang, bawang, bunga, juice, buah-buah kering, hewan ternak, ayam serta daging sapi. BACA: DOC Ayam Kamper Banten Lalu, Amerika serta Selandia Baru menyampaikan kebijaksanaan Indonesia ini ke WTO. 23 Desember 2016, Indonesia harus terima kekalahan di sidang itu. Memang benar ada usaha banding dari Kementerian Perdagangan, tetapi kembali lagi kalah hingga Kementerian Perdagangan diberitakan sudah lakukan beberapa rekonsilasi ketentuan untuk jalankan keputusan WTO ini. Sebab tidak senang, karena itu Amerika kembali mengadu ke WTO. Tidak hanya Bayu, Guru Besar Ekonomi pPrtanian Kampus Lampung, Bustanul Arifin, menjelaskan pemerintah harus cari jalan keluar elok atas tuntutan ini seperti jalan negosiasi. Indonesia dipandang dapat memakai instrumen lain seperti rokok kretek asal Indonesia yang diperlalukan diskriminatif oleh Indonesia. Jadi harus main pintar, katanya. Lalu paling akhir, ekonom asal Kampus Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi. Menurut Fithra, keinginan sangsi ini bisa gugur kalau negosiasi dari Indonesia sukses. Gw rasa masih dapat, sebab Amerika lebih senang bawa beberapa masalah ke ranah bilateral, katanya waktu dihubungi di Jakarta, Selasa, 7 Agustus 2018. Dalam tempat yang berlainan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan dia sudah berjumpa dengan perwakilan Amerika Serikat pada Juli kemarin. Tetapi toh pemerintah Indonesia kembali menyerah di depan Amerika dengan kembali buka keran import produk Amerika. “Tidak ada pilihan, karena kita ialah anggota WTO, katanya di Bandung, Rabu, 8 Agustus 2018 atau cuma selang 48 jam sesudah WTO menginformasikan terdapatnya keinginan sangsi dari Amerika. "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar